Cerita Misteri Pesugihan dari pesta Seks di gunung Kemukus

Bebagai Macam Cerita Pelaku Pesugihan dan pengalaman mistik
Pesugihan dan Pesta Seks di Gunung Kemukus
Diposkan oleh Sugi
Beragam cara dilakukan banyak orang untuk menjadi kaya. Sebagian memilih jalan normal dengan bekerja lebih giat dan berusaha lebih keras, sementara sebagian lain memilih mencoba mencari jalan pintas meskipun tampak tidak masuk akal. Banyak orang beranggapan bahwa dengan pesugihan, kekayaan akan didapat segera tanpa harus bekerja membanting tulang. Salah satu ritual pesugihan yang sangat terkenal adalah ritual pesta seks di Kemukus.

 Kemukus adalah salah satu tempat di daerah Jawa Tengah, tepatnya di kota Sragen. Sebagai kawasan gunung, tempat ini tidak dikenal karena panorama alam yang mempesona, tetapi karena reputasi sebagai tempat mencari pesugihan.

Hal yang sangat menarik buat pencari pesugihan adalah ritual yang harus dilakukan di tempat ini. Untuk mendapatkan pesugihan, seseorang harus melakukan pesta seks dengan wanita bukan pasangan resmi mereka selama tujuh kali berturut-turut dengan pasangan yang sama. Pesta seks ini dianggap sebagai syarat untuk mendapatkan pesugihan yang diinginkan.

Salah satu syarat dalam berhubungan seks di tempat ini adalah perbuatan tersebut harus dilakukan di tempat terbuka di wilayah gunung Kemukus tersebut. Sebagai pencari pesugihan membawa pasangan resmi mereka sendiri dan melakukan hubungan badan di tempat tersebut. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki pasangan ataupun pasangan tidak resmi yang sama-sama menginginkan pesugihan.

Di gunung Kemukus sendiri “tersedia” jasa teman tidur.

Banyak PSK yang menawarkan diri untuk menjadi teman tidur sesaat dalam ritual mesum tersebut. Para pekerja komersial ini datang dari berbagai daerah karena magnet gunung Kemukus sebagai tempat mencari penghasilan mudah dan “aman”.

Tempat ini seolah menjadi surga pecinta prostitusi karena tingkat keamanannnya. Sebagaian orang menganggap berhubungan seks di alam terbuka akan terasa sangat menyenangkan. Hal tersebut menjadi sangat menyenangkan ketika mereka tidak akan mendapati resiko dirazia oleh aparat dan sebagainya. Pihak “keamanan” setempat akan dengan sigap mengamankan prosesi ritual pengunjung tempat ini, termasuk prosesi seksual tak resminya.

Buat pencari pesugihan, mendatangi gunung ini adalah cara kaya yang mudah, murah, dan menyenangkan. Tak jarang banyak pencari pesugihan yang berulang kali datang ke wilayah ini dengan berbagai alasan. Salah satu alasan adalah mereka belum berhasil berhubungan seks dengan perempuan yang sama sebanyak tujuh kali berturut-turut. Tentu saja, hal ini bisa diartikan sebagai alasan untuk mempermulus keinginan melakukan pesta seksual di areal ini.

Tentu, masih banyak cara kaya yang lebih logis dan tidak melanggar kaidah agama. Lantas, bagaimana bisa “pesugihan seksual” ini terus berlanjut? Buat pemerintah daerah setempat, wilayah ini memberi kontribusi pemasukan daerah yang cukup besar. Setidaknya, aliran dana sebesar Rp 170 juta per bulan masuk ke kas daerah. Melihat angka yang besar, bukan tidak mungkin jumlah sebenarnya jauh lebih besar dari angka tersebut.

Source http://tinyurl.com/letomvr

Cerita Misteri Pengalaman Komunikasi dengan Arwah atau Jin

CERITA MISTERI: KOMUNIKASI DENGAN ARWAH/JIN??
Diposkan oleh Sugi Pengalaman ini terjadi waktu aku masih kelas 3 SMP. Sekolahku cukup jauh dari rumah sehingga memerlukan waktu dan ongkos yang lumayan untuk pulang pergi ke sekolah, sekolahku melarang bagi siswa-siswinya membawa kendaraan pribadi ke sekolah. Ayah dan ibuku cukup sibuk untuk bisa setiap hari sekedar mengantar atau menjemputku sekolah sehingga dengan terpaksa aku harus rela menghirup bau bensin angkot, sebenarnya aku kurang suka dengan aroma mobil apalagi mobil angkutan umum.



Yah... aku ini suka mabuk perjalanan walaupun jaraknya tidak begitu jauh itu cukup membuat kepalaku pusing.
Rumahku terletak di sebuah desa yang masih sangat nyaman untuk dihuni, jauh dari perkotaan dan kebisingan. Aku tinggal di sebuah rumah yang dekat dengan pemakaman umum, tepatnya di depan dan sebelah kiri dari pemakaman tersebut. Ketika petang tiba sudah dapat dipastikan sekeliling rumah gelap mencekam, tapi buatku ini sudah pemandangan yang biasa sehingga sama sekali tidak mengganggu.
suatu hari, di siang hari yang cukup terik, aku baru pulang sekolah sekitar jam 1 siang. Seperti biasa aku pulang sekolah naik angkot dan turun di jalan utama di desaku, karena rumahku masuk gang maka aku jalan kaki menyusuri gang tersebut menuju rumahku.
Waktu aku sedang berjalan di gang tersebut, aku bertemu dengan tetanggaku, dia wanita yang cukup ramah, baik hati dan cantik, hanya saja waktu itu ada yang sedikit merusak pemandangan di di perutnya..hehee.. maklumlah dia sedang hamil 7 bulan. Dia menyapaku dan sebagai anak yang baik hati dan menghormati orang yang lebih tua, dengan antusias aku menyapanya juga dengan memasang senyum semanis mungkin :/
kurang lebih begini percakapan kami..
“baru pulang neng” sapanya.
“iya teh”jawabku sambil tersenyum.
“boleh teteh mnta tlong?"pintanya ke aku.
“boleh, minta tolong apa?tanyaku penasaran.
"kasih tau ke mamah ya teteh gak bisa bayar hutang minggu-minggu ini, uangnya belum ada,sampein juga permintaan maaf teteh ke mamah"ujarnya memohon.
"oh, iya teh pasti aku sampein"jawabku sambil pergi ninggalin dia.
sesampainya di rumah aku langsung sampein apa yang dia amanatin ke ibuku. Betapa terkejutnya ibuku mendengar apa yang aku bilang. Ibuku bilang "dia sudah meninggal tadi pagi jam 9" !!!
ASSSEMM...
badanku langsung lunglai seakan belum bisa percaya dengan kenyataan yang terjadi, kalau dia sudah meninggal, lalu siapa yang tadi bicara denganku di gang???????
Hanya Allah yang tau siapa dia.. apakah dia arwahnya atau dia hanya jin yang menyerupainya..
Hihhhh....
Oleh EVIE LOVE CHELSEA
Source http://tinyurl.com/mkqte9g

Pengalaman dari Alam Gaib

Perkenalkan nama saya HERU, saya tinggal di Surabaya. Ini merupakan pengalaman pribadi saya. Kejadiannya pada tahun 1999, sewaktu saya masih kuliah semester akhir. Kejadiannya terjadi di rumah kontrakan yang lama. Kondisi di depan rumah saat itu masih rawa-rawa.

Pada suatu sore hari, saya bersama ibu saya bercakap-cakap di teras rumah. Menjelang magrib perasaan saya ngak enak, lalu saya putuskan untuk masuk rumah. Tidak berselang lama, mata saya merasa ngantuk sekali. Lalu saya pun masuk kamar dan tidur.

Antara sadar dan tidak, saya tiba-tiba berada di dalam sebuah rumah mewah, dihadapan saya ada sebuah meja besar penuh dengan makanan dan buah-buahan. Di dalam ruangan tersebut ada banyak orang yang tidak saya kenal. Lalu saya berpikir dimanakah saya berada? saya merasa ada yang aneh dengan semua ini. Lalu tiba-tiba makanan yang ada di depan saya hilang, orang-orang yang tadinya ramai juga hilang.

Lalu saya keluar dari rumah tersebut, disebelah kiri rumah ada hutan dengan pohon yang tinggi besar, langit berwarna orange (seperti saat sore hari), di depan rumah saya melihat tebing yang tinggi sekali, dan disebelah kanan rumah tersebut ada sebuah sungai. Saya pun berjalan ke pinggir sungai tersebut, tapi kadang kala ada orang berpakaian seperti wayang orang (pakaian adat jawa) berjalan diatas air sungai tersebut. Lalu ada seorang ibu paruh baya sedang lewat di pinggir sungai.

Sayapun setengah menangis bilang kepada ibu tersebut "Ibu saya ingin pulang, tolong Bu". Lalu beliau memberikan saya botol kecil (mungkin berisi minyak) dan sebuah permadani (atau mungkin sajadah, maaf saya adalah orang Kristiani jadi ngak bisa membedakan). Lalu ibu itu berpesan bahwa nanti akan ada orang yang datang dan mengantarkan saya pulang, dan saya harus memberikan botol dan permadani kepada orang tersebut.

Tak lama kemudian ada seorang laki-laki yang berperawakan tinggi besar datang dan mengatakan kalau saya harus memejamkan mata. Lalu tangan saya dipegang orang tersebut dan saya merasakan seperti terbang, saya merasakan hembusan angin yang kencang. Botol dan permadani semula saya pegang terasa ditarik oleh orang tersebut. Lalu saya pun terjatuh.

Saat itu saya pun terbangun dari tidur, saya bernafas lega (Saya merasakan seperti habis mati suri, karena saya seperti habis menahan nafas). Seluruh badan, tangan dan kaki saya tidak bisa digerakkan. Sayapun berdoa, lalu berangsur-angsur tangan dan badan bisa digerakkan, lalu sayapun turun dari tempat tidur, tetapi saya terjatuh, kaki saya terasa lemas sekali. Saya pun berjalan merangkak keluar dari kamar. Lalu kemudian saya bisa berdiri lagi.

Atas kejadian tersebut saya merasa kalau saya sempat mengalami mati suri, atau mungkin tindihan ya. Sekian cerita dari saya, maaf kalau ada yang kurang berkenan...
 
Source http://tinyurl.com/m8wku8g 

Kisah Misteri Arwah Kakak Yang sudah Meninggal




Kisah Misteri Arwah Kakak... (Kisah Seram)
Kisah Misteri Arwah Kakak... (Kisah Seram) | Saya ingin berkongsi pengalaman yang tak mungkin saya lupakan seumur hidup saya. Mungkin cerita yang ingin saya sampaikan ini dianggap sebuah dongeng pada halwa pendengaran para pendengar, tapi ia adalah satu kenyataan yang kami sekeluarga tempuhi.

Kisah ini baru juga berlaku, iaitu kira-kira lima tahun yang lalu. Waktu itu jam menunjukkan 10.25 malam dan saya sedang menonton televisyen di ruang tamu. Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumah saya, dan bila saya buka, saya dapati kakak saya berlumuran dengan darah. Saya amat terkejut dan panik dengan keadaannya masa itu. Saya tanya dia kenapa tapi dia hanya mendiamkan diri dan menangis lalu terus berlari ke bilik air. Saya bergegas ke bilik untuk beritahu mak dan ayah. Mak dan ayah juga cuba memanggil nama kakak dan ketuk berkali-kali di pintu tandas tapi kakak hanya mendiamkan diri. Kami sekeluarga panik dengan keadaan kakak.


Tak lama selepas itu, ada seseorang mengetuk pintu. Ayah ke pintu untuk menjengah siapa yang datang. Dua orang lelaki menggelarkan mereka adalah kawan kepada kakak saya. "Cik, saya Amir, kawan Lin..." Beliau bercakap sambil menangis terisak-isak, "Cik... Lin meninggal dunia... Dia kemalangan..." Sejurus mendengar kata-katanya, ayah saya memarahi beliau dan mengatakan kakak ada di bilik air.

Dipendekkan cerita, kami ke tandas untuk memastikan kesahihan berita yang kami dengar. Pintu tandas diketuk berkali-kali tapi kakak tetap mendiamkan diri. Ayah memutuskan untuk memecahkan pintu tandas. Alangkah terperanjatnya kami, tiada sesiapa di dalam dan ayah menyoal saya tentang kakak. Saya menangis dan bersumpah yang saya jumpa itu benar-benar kakak dan saya mengatakan kalau saya tipu, kenapa pintu bilik air terkunci di dalam. Ayah dan mak hanya tergamam antara percaya dan tak percaya dengan cerita saya...

Kami pun ke tempat kejadian untuk memastikan berita yang disampaikan kawan kakak dan cerita itu memang benar. Kakak telah meninggal dunia di tempat kejadian kerana motor yang ditunggangnya terbabas di jalan. Motornya remuk dan penuh dengan darah tapi masa kami sampai, kakak telah dibawa pergi ke hospital untuk bedah siasat. Sudah lima tahun perkara ini berlaku, tetapi sehingga sekarang saya masih tertanya-tanya, siapakah yang pulang ke rumah??? Sehingga hari ini saya masih tidak percaya dengan apa yang saya alami. Saya menjadi trauma setiap kali pintu diketuk kerana rasakan seolah-olah kakak pulang. Sudah puas saya berubat tapi tiada satu pun yang dapat membantu saya.

Di kesempatan ini, saya harap pendengar yang budiman, dapatlah menyedekahkan surah Al-Fateha pada arwah kakak saya Noor Lynne Qistyna Binte Ahmit yang telah kembali ke rahmatullah. Semoga dia tenang di sana. Amin...

Source http://tinyurl.com/ltp96zs

Cerita Misteri dari Kisah Nyata Bercinta Dengan Hantu

Cerita ini dikisahkan oleh seorang kenalan saya, seorang pria berusia hampir 60 tahun sebut saja namanya Pak Puspo. Pak Puspo ini sejak muda bekerja pada sebuah penginapan kecil yang lumayan ramai juga di Jl. Prawirotaman, Yogyakarta. Saya ketemu bapak ini pada tahun 2002, waktu itu saya bekerja di sebuah rumahsakit sebagai marketing. Tugas saya menjalin kerjasama dengan hotel-hotel dan penginapan yang ada di Jogja.

Pak Puspo mengisahkan sebuah cerita yang sangat menggairahkan namun sekaligus menegangkan. Kejadianya pada akhir tahun 70an atau awal 80an, saya agak lupa dan terjadi beruntun selama beberapa hari. Waktu itu beliau selain bertugas sebagai recepsionis atau penerima tamu pada siang hari juga sekaligus penjaga penginapan tersebut. Setiap malam beliau tidur di sebuah kamar di penginapan tersebut yang terletak agak di belakang. Penginapan tersebut dibangun entah tahun berapa, tapi sudah cukup tua.

Pada suatu malam kira-kira jam setengah satu, ketika badan sudah mulai letih, Pak Puspo beranjak ke kamar tidur untuk istirahat. Beliau merebahkan badan yang penat ke atas kasur yang cukup empuk dan nyaman, sebentar saja Pak Puspo udah sangat mengantuk. Karena capeknya Pak Puspo tidak sempat menutup pintu yang setengah terbuka. Antara sadar dan tidak Pak Puspo melihat s ekelibat bayangan perempuan melalui celah pintu. Beliau ingat tamu perempuan yang menginap di sana berbadan agak gemuk, tapi yang dilihatnya perempuan yang tinggi semampai dan berambut sampai di atas pinggang. “Agak kaget memang, tapi saya tidak terlalu menggubris, saya lanjutkan tidur saya,” Pak Puspo bercerita dengan semangat.

Malam berikutnya Pak Puspo tidur sekitar jam duabelas malam, karena temannya yang menggantikan jaga di resepsionis tidak terlalu repot. Lagi-lagi pintu kamar dibiarkan setengah terbuka, setelah beberapa waktu merebahkan diri kembali ada bayangan perempuan seperti kemarin malam. Pak Puspo bertanya-tanya dalam hati siapa sebenarnya bayangan itu, namun Pak Puspo kembali tidak terlalu memusingkan diri. Beliau tertidur lelap sampai akhirnya terbangun karena merasa ada yang menyentuh kakinya. Dengan sambil tiduran beliau membuka mata, alangkah kagetnya beliau melihat sesosok wanita yang sangat cantik dengan rambut tergerai duduk di sebelah kakinya.

“Wajahnya cantik sekali mas, tapi memang agak pucat, baunya wangi sekali tapi wanginya halus gak menyengat,” beliau bercerita. “Wanita itu hanya tersenyum manis, kemudian pergi, anehnya saya nggak merasa takut sama sekali,” beliau menambahkan. Setelah itu akhirnya Pak Puspo tertidur lagi sampai pagi hari.

Malam ketiga Pak Puspo merasa penasaran dengan kejadian dua malam berturut-turut itu. beliau sengaja tidur agak awal, sekitar jam sebelas malam. Beliau menunggu sosok wanita itu datang lagi. Satu jam menunggu membuat Pak Puspo agak ngantuk, akhirnya dia tertidur juga. Pada sekitar jam satu malam beliau dibangunkan oleh sentuhan lembut pada kaki. Pak Puspo bangun dan melihat sosok perempuan yang kemarin menghampirinya. “Wanita itu tersenyum, kemudian dengan lembutnya memijit kaki saya,” kata pak Puspo. Lebih lanjut beliau bercerita, “Agak lama dipijit dan pijitannya enak sekali, saya belum pernah dipijit seenak ini. Saya diam aja karena memang bener-bener enak.” Setelah lama memijit, wanita itu tidur disamping Pak Puspo dan mulai membuat rangsangan layaknya suami istri sedang bercinta. Singkat cerita Pak Puspo dan sosok wanita itu melakukan hubungan badan. “Mas rasanya lain, nggak seperti dengan istri saya, ini sangat lembut, hangat pokoknya saya gak pernah mengalami kenikmatan ini sebelumnya,” beliau menjelaskan dengan semangat.

Kejadian ini berlangsung selama beberapa hari mungkin sampai lima kali, Pak Puspo sendiri juga lupa berapa kali beliau tidur bersama sosok wanita tersebut.

Suatu malam setelah kejadian itu, Pak Puspo menantikan saat-saat indah tersebut berulang kembali, namun apa yang terjadi?

Waktu itu sekitar jam setengah dua malam, beliau terbangun dan mencium bau yang sangat anyir, sangat tidak enak dan membuat mual. Beliau bangun, dan bertanya-tanya bau apakah itu, namun belum sempat terjawab, datang sosok besar hitam berbulu dengan mata merah menyala, kuku tangannya panjang-panjang, sangat menakutkan, “dia menunjuk ke arah saya,” kata beliau. Pak Puspo menyebut sosok itu sebagai Gandaruwo. Tanpa basa-basi Gandaruwo itu mencekik leher Pak Puspo, sampai gak bisa bernafas. Beliau bergumul hebat dengan mahkluk tersebut. Dengan spontan Pak Puspo berdoa memohon bantuan dari yang kuasa. Akhirnya Gandaruwo tersebut melepaskan tangannya dari leher Pak Puspo, mundur satu langkah, wajahnya masih menunjukan marah, lima detik kemudian Gandaruwo tersebut pergi dan hilang pula bau anyir itu.

Pak Puspo terduduk lemas di lantai, dan sebisa mungkin berdoa mengucapkan terima kasih pada Tuhan karena telah mengusir mahkluk itu. “Kalau tidak ada pertolongan Tuhan mungkin saya sudah nggak bisa bertemu mas dan menceritakan kejadian itu,” kata Pak Puspo menutup cerita.

Percaya atau tidak, cerita ini benar-benar dialami oleh sesorang dan diceriterakan sendiri kepada penulis.

Source  http://tinyurl.com/n7rllar

Menikah Dengan Jin Muslimah Cantik , cerita misteri kisah nyata

Menikah Dengan Jin Muslimah Cantik , cerita misteri kisah nyata


Inilah Kisah Nyata Misteri Menikah Dengan Jin Muslimah Cantik   - Ini kisah nyata dialami seorang manusia. Tentu penulis tidak akan menyebutkan namanya (rahasia perusahaan dong!). Sebutlah namanya Ahmad. Ia seorang yang istimewa. Mudah keluar air matanya bila mengingat Allah dan merasakan hal-hal yang menyentuh hatinya, sering basah matanya dalam shalatnya, sudah tidak mencintai dunia (uang, materi dan selera).

Bila pun punya uang, selalu bukan buat dirinya, tapi untuk orang lain yang lebih memerlukannnya. Hatinya bersih. Kuat tidak tidur dan tidak makan berhari-hari.

Tidak takut oleh manusia, siapapun, bila menyangkut kebenaran yang ia bela. Ia orang yang tauhidnya terjaga dan sangat dekat dengan Allah SWT melebihi kaum Muslimin umumnya. Ia seorang mukasyafah sehingga biasa berdialog dengan ruh mursyidnya yang sudah meninggal. Tentu, kemampuannya luar biasa. Ia orang yang sudah sangat spiritual. Dalam cerita ini, semua nama yang saya sebutkan, bukan nama aslinya.

Ahmad sahabat saya ini, sudah hampir setahun, sejak mengalami kasyaf (tersibaknya alam ruhani atau tabir spiritual) biasa berdialog dengan gurunya bernama Syekh Habib Syarwani, yang sudah wafat 10 tahun yang lalu.

Syekh Habib semasa hidupnya adalah seorang ulama hikmah, dikenal sebagai guru spiritual, seorang mukasyafah, seorang penasehat agama dan kebenaran yang terpercaya. Syekh Habib dipercaya sebagai wali dengan kehebatan karomah-keromahnya. Ia tidak mau meramal-ramal seperti dukun atau ahli hikmah lainnya. Tauhidnya lurus kepada Allah SWT. Semua kalangan dari orang biasa hingga orang-orang pentingnya mengakuinya sebagai guru, penasehat yang tajam, lurus dan menyentuh. Syekh Habib memiliki ilmu hikmah yang luar biasa.

Sejak Ahmad menjadi kasyaf, ruh gurunya terus membimbing hidupnya secara ruhani. Menurut Ahmad, suatu malam, ruh gurunya didampingi beberapa muridnya di alam sana, menawarinya sesuatu: “Ahmad, ini ada Jin Muslim diantara kita, namanya Syekh Maulawi. Ia berumur 400 tahun. Ia mempunyai putri namanya Fatimah, umurnya 200 tahun. Fatimah masih gadis. Syekh Maulawi tertarik padamu, pada keshalehanmu dan kekuatanmu dalam memeluk agama. Kami semua disini menawarkan padamu untuk menikahi Fatimah binti Maulawi. Bagaimana pendapatmu? Silahkan fikirkan dan pertimbangkan.”

Tentu Ahmad kaget luar biasa. “Menikah dengan jin?” Tidak pernah terbayang sedikitpun sebagai murid Syekh Habib Syarwani kemudian akan dinikahkan dengan jin. Ini sangat mengagetkan dan sama sekali baru mengalami tawaran seperti ini.

Mendengar pun, pernikahan antar manusia dan jin, belum pernah. Mau menolak, ia sangat takzim pada Syekh sebagai gurunya lahir batin sejak hidupnya. Menyatakan mau juga tidak terbayang bagaimana jadinya dan nantinya. Dalam kebingungannya, ia mendesah:
“Menurut Syekh bagaimana?”
“Ini hanya tawaran. Bersedia syukur, tidak pun tidak apa-apa.”
“Menurut Islam bagaimana? Saya kan manusia.” Tanya Ahmad lagi ingin tahu bagaimana dari sudut hukum agama.
“Tidak ada larangan.” Jawab gurunya kalem.

Pikiran Ahmad masih terus diliputi kebingungan. Selama berbulan-bulan sejak ia bisa berdialog dengan gurunya tersebut secara ruhani, Ahmad sudah terbiasa melihat jin. Oleh jin-jin kafir yang buruk rupa, yang wajahnya semrawut, tidak beraturan, sering sekali menggoda perjalanannya agar niatnya menemui dan berguru kepada Syekh Syarwani mundur, batal dan tidak jadi. Ini adalah ujian beratnya. Ia harus mengalahkan godaan-godaan makhlus halus itu. Awalnya, kaget luar biasa dan sangat takut ketika ia mampu melihat sosok jin-jin itu.

Ada yang menertawakan perjalannya sambil bergelantungan di sebuah pohon di tengah malam, ada yang menghalangi jalan kakinya, ada yang menumpangi motor yang dikendarainya di jok belakang, ada yang menebarkan bau busuk, ada yang menyerupai wanita cantik dan telanjang bulat mengajaknya bersetubuh, ada yang menirukan suara ibunya atau istrinya memanggil-manggilnya ketika sedang berjalan. Semua itu terjadi antara jam 11.30 malam hingga jam 04.00 subuh ketika ia sering berjalan kaki ke sebuah tempat pertemuan dengan gurunya.

Lama-kelamaan matanya jadi biasa dan tidak kaget melihat jin-jin penggoda itu. Mereka selalu muncul setiap malam di tengah perjalanan ketika Ahmad menemui gurunya di tempat tersebut. Mereka menggoda dan menakut-nakutinya.

Oleh keyakinannya kepada Allah, Ahmad tidak takut bahkan semakin berani mengusirnya dan bahkan sering menantangnya untuk tarung karena kesal. Kebanyakan jin-jin penggoda itu kabur, mangpret, ngacir ketakutan setelah dibacakan ayat-ayat Qur’an seperti ayat kursi. Tetapi, bukan hanya jin kafir yang buruk-buruk rupa itu yang dia lihat. Sering juga jin-jin Muslim menyapanya. Mereka ini sosoknya lain.

Tubuhnya ada yang wangi, bersih, tampan dan cantik, tapi ukurannya tinggi-tinggi dan besar-besar. Umurnya ratusan tahun. Ada yang sedang memegang tasbih berdzikir kepada Allah, ada yang sedang khusyu beribadah dan sebagainya. Melihat mereka, Ahmad sudah biasa. Tetapi, ditawari menikahi dengan jin yang berbeda jasad, beda dunia, beda alam, sama sekali tidak terbayangkan olehnya.

Akhirnya bakti dan hormat pada gurunya mengalahkan keraguan dirinya. Bagi Ahmad, Syekh Habib Syawani di alam ruh, atas izin Allah, masih mengajarkan ilmu dan telah membukakan kasyafnya, yang membuatnya bisa melihat dan berdialog langsung dengannya. Ahmad akhirnya menyatakan siap dengan hati bulat, ikhlas dan pasrah. Singkat cerita, proses pernikahan pun dilangsungkan.

Disaksikan gurunya dan ruh-ruh yang hadir, dengan suasana sangat khidmat, Ahmad dinikahkan dengan Fatimah binti Maulawi, seorang gadis jin Muslimah, berumur 200 tahun. Mas kawinnya, cukup hanya membaca surat Al-Fatihah. Mertuanya bernama Syekh Maulawi adalah jin yang sangat dihormati di kalangan jin Muslim di alamnya. Resmilah mereka sebagai pasangan suami istri.

Bagaimana gambaran dan kesan Ahmad tentang Fatimah, istrinya di alam jin itu? Ia menceritakannya kepada saya. “Ia memakai kerudung dan masya Allah cantiknya luar biasa. Tubuhnya harum. Tingginya sekitar 4 meter. Setelah nikah, saya memangilnya ummi, dia memanggil abi. Sikapnya tawadhu luar biasa kepada suami, bahasanya santun, sifatnya halus dan kecantikannya belum pernah saya lihat pada manusia. Saya belum pernah melihat wajah secantik itu.”

Beberapa hari dari itu, Ahmad bercerita tentang bulan madunya. Walaupun tinggi Fatimah sekitar 4 meter, tapi ketika berfungsi sebagai istri dan menemui suaminya, ia merubah ukurannya menjadi ukuran manusia biasa, normal. Suatu saat, Ahmad memulai ceritanya, ia diajak Fatimah berjalan-jalan, berkeliling ke alamnya. Alam jin tidak jauh berbeda dengan alam manusia. Ada pengajian, ada sekolah, kampus, masjid dan bangunan-bangunan lain. Sama dengan manusia, mereka memiliki peradaban. Tapi, itu peradaban jin. Bedanya, bentuknya aneh-aneh, berbeda dengan di alam manusia. Ahmad sangat sadar alias bukan mimpi. Selama berkeliling, perasaannya dipenuhi aneh dan aneh, takjub dan takjub, heran dan heran atas apa yang dialaminya di alam yang berbeda.

Akhirnya ia tiba di sebuah rumah, tentu rumahnya Fatimah. Tinggi, luas, bentuknya aneh, tidak seperti rumah yang ada di alam manusia. Kamar Fatimah harum dan bersih. “Barang-barang” tertata rapih. Di atas tempat tidur, mereka ngobrol dan bercumbu. Selain sangat cantik, tubuh Fatimah tercium harum dan bercahaya. Maklum ia jin yang taat ibadah. Singkatnya, aneh juga, Ahmad merasakan kepuasan persis seperti dengan manusia, bahkan lebih. Kata Ahmad, Fatimah tidak akan pernah hamil. Persenggamaan jin dan manusia tidak akan mengasilkan kehamilan, karena perbedaan zat makhluk. Manusia fisik, jin non fisik alias makhluk ghaib.

Sejak itu, kata Ahmad, Fatimah selalu datang dimana Ahmad memerlukannya. Ngobrol berdua dengan penuh santun dan etika sebagai istri yang shaleh, sun tangan, menunduk dan tidak pernah bersuara keras. Saling mengingatkan beribadah kepada Allah. Saling menasehati untuk sabar dalam menghadapi masalah masing-masing. Tidak ada suasana sedikit pun dari Fatimah mendominasi Ahmad dari istri aslinya yang manusia, yaitu istri pertamanya.

Bahkan, dalam banyak kesempatan, Fatimah selalu mendorong Ahmad untuk harmonis dengan istrinya dan anak-anaknya, menyayangi dan memperhatikan keluarga. Kehadiran Fatimah, tidak sedikitpun menggangu keberadaan keluarga Ahmad karena tidak ada nafkah yang harus dikeluarkan, tidak ada waktu yang terambil. Nafkahnya paling do’a. Perhatiannya bukan bentuk fisik, tapi ruhani. Kemana Ahmad pergi, Fatimah bisa dipanggil dan datang, atau ia yang datang sendiri. Makanan Fatimah sebagai jin Muslim dan makhluk adalah saripati-saripati makanan. Pernikahan itu kini sudah berumur dua tahun lebih.

Hingga sekarang tetap saja rukun dan damai. Ahmad merasa sangat bahagia, demikian juga Fatimah. Kepada istri pertamanya, Ahmad tidak pernah menceritakan peristiwa poligaminya ini karena tidak perlu dan tidak akan dimengertinya. Toh keluarga tidak terganggu sedikitpun. Ahmad dan Fatimah hingga saat ini, keduanya adalah murid Syekh Habib yang sampai sekarang sering hadir dalam pengajian yang berisi nasehat-nasehat gurunya tersebut, tentu pengajian secara ruhani, yang orang awam seperti kita tidak bisa melakukannya.

Penutup
Demikianlah, menikah dengan jin bisa terjadi, tapi bukan syari’at dan tidak dianjurkan oleh agama. Tidak perlu dicontoh, apalagi menikahnya dengan tujuan-tujuan sesat seperti dilakukan sebagian orang yang menginginkan kekayaan, kesaktian, kekebalan dll. Ahmad maupun Fatimah dalam peristiwa di atas, keduanya tidak menginginkan, merencanakan dan membayangkannya sama sekali. Ahmad bersedia karena ditawari gurunya, Fatimah karena tawaran Bapaknya, Syekh Habib Maulawi. Pernikahan mereka dilandasi agama dan tauhid kepada Allah SWT. Tidak ada kemusyrikan didalamnya, tidak atas dasar lain-lain. Itu takdir saja dari Allah SWT. Tanpa izin-Nya, segala

Cerita Misteri,Pengalaman Mistis,Kelahiran yang Misterius

Aku sudah satu tahun ditugaskan pemerintah, menjadi bidan desa di kecamatan Tegalgondo,  tepatnya di Desa Tahunan, sejak tahun 2000. Aku berasal dari Kota Nganjuk, provinsi yang sama juga. Perkenalanku dengan Mas Hardi, akhirnya membuatku hidup menetap di daerah terpencil tersebut dalam ikatan perkawinan. Aku dan Mas Hardi sama-sama perantauan. Ia bertugas mengajar di SD Tahunan, dan aku menjadi bidan desa di sana. Bedanya dia berasal dari kota Kediri, dan saya dari kabupaten Nganjuk.

Perkawinanku telah membuahkan dua orang putra, yang kini telah lulus dari SMA, dan yang kecil baru kelas dua SMP di Tahunan juga. Pertama kali aku membangun rumah, ada pengalaman unik yang pernah aku alami, hi ngga kini menjadi catatan manis dalam keluargaku.

Suatu malam, sekitar jam satu malam, tempat praktikku, kedatangan seorang ibu yang berjalan tertatih-tatih dalam keadaan hamil mengetok pintu rumahku. “Bu Bidan, maaf ya saya mengganggu… tolonglah ibu… saya mau melahirkan … ” pintanya, sambil memgang perut yang telah membesar.

Aku segera membangunkan Mas Hardi agar mau membantuku, menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan proses persalinan. “Ibu kok sendirian…” tanyaku sambil membenahi dipan persalinan. “Iya bu, suamiku masih di Tegalgondo…”

Aku tidak mau berpikir banyak. Ibu muda yang akan melahirkan itu segera aku bimbing berbaring pada dipan persalinan di ruang praktikku. “Oek…oeeek….oek!!!!” tangis bayi itu memecah kesunyian malam yang telah beranjak dari jam satu menuju jam dua seperempat. Aku segera membersihkan bayi dan ibunya sesuai dengan prosedur pelayanan kesehatan yang sudah biasa aku lakukan. Sementara suamiku, tertidur lelap di kursi tamu, setelah selama satu jam lebiah ia menunggu.

“Bu, maaf ya bu… malam hari ini saya sudah ngrepotin ibu. Suami saya kebetulan pas pulang ke Tegalgondo. Jadi malam hari ini saya belum bisa melunasi administrasi keuangannya. Tapi anu kok Bu… suami saya tadi siang sudah pesan, kalau malam ini saya melahirkan… ibu bisa mengambil uangnya di Tegalgondo…”

“Sudahlah ibu… ibu nggak usah memikirkan itu dulu. Yang penting kesehatan ibu baik-baik saja….” kataku bijaksana.

“Terus, anu ya bu… saya ingin malam ini diantar pulang saja ya… “

“Oh iya, nggak apa-apa”

Akhirnya aku membangunkan suamiku, untuk mengantar Bu Mugi pulang ke rumahnya, tidak jauh dari rumahku. Di sepanjang jalan mobilku terasa enak sekali. Jalan yang aku lalui terasa datar, seperti di kota saja. Perasaanku pada waktu itu, ruang mobil beraroma seperti kembang yang biasa dibuat untuk tabur bunga di pusara. Suamiku diam saja. Dia juga merasakan hal yang sama. Dan akhirnya tidak berapa lama mobil itu sudah berada di depan rumah Pak Mugi.

“Mari Bu, aku bimbing masuk rumah. Mana kunci rumahnya?”

“Nggak terkunci kok Bu. Sudahlah, ibu nggak usah membantu. Aku bisa berjalan masuk sendiri kok”

Akhirnya Bu Mugi berjalan dan masuk rumah sendirian. Aku dan suamiku hanya bengong melihat kejadian malam itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. “Sudah mas, ayo kita segera pulang saja. Besok pagi aku akan ke Tegalgondo…”

Malam semakin larut. Kokok ayam pertanda hari sudah pagi, mulai riuh terdengar bersautan. Aku segera membangunkan suami dan anak-anak untuk sholat Shubuh berjamaah di suarau dekat rumahku. Sekitar jam tujuh pagi aku segera mengambil sepedamotor, menemui Pak Mugi di Tegalgondo.

“Assalamu’alaikum Bapak!”

“Wa’alaikum salam!. Mari Bu Bidan masuk!!” sambut Bu Sainem, orang tua Pak Mugi

“Selamat ya Bu… tadi malam istri Pak Muji melahirkan anak laki-laki…” kataku memberi kabar

Bu Sainem terlihat heran, dan bingung. “Maaf Bu Bidan, apa nggak salah…???”

“Benar , ibu. Tadi malam cucu ibu telah lahir, ini lho saksinya suami saya…”

“Betul bu… istri Pak Mugi telah melahirkan di rumah saya…” jelas suamiku jujur

“Tapi begini lho Bu, anakku Mugi itu hingga kini belum punya istri lho. Dan rumahnya yang di Tahunan itu tidak pernah ditempati”

“Jad…jadi…jadi… siapa tadi malam itu????”

Aku jadi penasaran dibuatnya. Aku segera berpamitan pulang. Sesampai di rumah, ternyata tempatku praktik masih dalam keadaan bersih. Seperti tidak pernah ada orang yang baru melahirkan. Demikian juga rumah kosong milik Pak Mugi, juga kosong melompong tiada satupun penghuninya. “Haaaa” aku dan suamiku bulu kuduknya merinding……

Source http://tinyurl.com/loedwqe

Jual sate burung gagak di tengah kuburan

Perilaku supranatural tidak seluruhnya positif, kendati masuk kategori alternatif. Misalnya, untuk menjadi kaya, orang mencari pesugihan dengan makhluk halus untuk disuruh mencuri, jelas negatif nilainya. Sedang melantunkan doa untuk melancarkan rizki, termasuk alternatif positif.

Kini ada satu lagi yang meragukan kriterianya. Positif atau negatif, tidak jelas hukumnya. Kiat itu adalah, jual sate gagak di tengah kuburan.


Konon, seorang pemburu kekayaan berhasil mengumpulkan uang 30 juta rupiah semalam sepulang dari jualan sate gagak di lereng Gunung Bugel, Rembang. Pada tengah malam, ia menjadi pedagang sate bagi arwah gentayangan. Bahannya cukup seekor burung gagak hidup, bumbunya minyak Arrohman dan kemenyan.


Laku yang dikerjakan, tengah malam membawa burung gagak ke makam. Sampai tujuan, pawang baca doa sambil bakar kemenyan untuk membuka alam gaib sampai burung gagak yang dibawa berkaok.


Begitu terdengar kaok, burung gagak disembelih. Setelah bulu-bulunya dibersihkan, olesi dengan minyak Arrahman dan dipotong seukuran kemasan sate dan dibakar sebagaimana membuat sate.


Begitu asap mengepul, konon para pembeli berdatangan. Rumusnya, dilarang takut karena yang datang adalah arwah gentayangan dengan wujud beragam, persis seperti saat mereka mati. Ada yang kakinya remuk, wajah rusak dengan darah bertebaran dan sebagainya.


Mereka berebut sate gagak dengan melambai-lambaikan rupiah. Berapa tingginya harga yang ditentukan, mereka pasti setuju dan langsung menyerahkan uang. Sebab, sate gagak merupa-kan makanan nomor wahid bagi arwah gentayangan. Dari cerita masyarakat sekitar. konon seorang pedagang sate gagak di makam kawasan lereng Gunung Bugel, Rembang berhasil mengantongi uang sebanyak 30 juta rupiah dalam waktu semalam.


Tentu saja, untuk menjadi pedagang sate gagak, harus didampingi paranormal yang mengetahui seluk-beluk kiat alternatif itu. Syarat utama untuk meraup kekayaan dalam sekejap adalah keberanian. Sebab, paranormal yang dimintai tolong bertugas menjual sate, sedang klien bertugas menerima uang dari para arwah yang penampilannya mengerikan.

Pengalaman Meraup Uang Gaib , dengan berjualan Sate Gagak

Pengalaman Berjualan Sate Gagak Demi Meraup Uang Gaib

 (Oleh: Agus Siswanto)

 Mendapatkan uang gaib melalui media sate gagak merupakan ciri khas ilmu pesugihan Dewi Lanjar. Dikisahkan, sosok gaib Dewi Lanjar memiliki kekayaan melimpah, berupa harta emas lantakan dan tumpukan uang yang tak terhitung nilainya. Uniknya, mata uang yang dimiliki Dewi Lanjar ini mengikuti mata uang yang berlaku di alam manusia. Konon, mata uang rupiah, dollar Amerika, dollar Singapura, Ringgit Malaysia, dll, terdapat dalam tumpukan uang yang dimiliki Dewi Lanjar.

Itulah sebabnya banyak orang yang berupaya mendapatkan uang gaib tersebut. Mata uang yang diinginkan tergantung peminatnya, asalkan syarat yang diminta Dewi Lanjar dapat dipenuhi, yaitu sate gagak.
Sepintas mudah saja menyediakan sate gagak. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Itulah yang dialami Samsudin (48 tahun).
“Pengalaman yang saya alami sangat menakutkan. Bahkan dapat mengancam keselamatan jiwa. Sebaiknya jangan coba-coba mengikutinya,” kenang Samsudin yang menetap di Kampung Pekalipan, Cirebon.
“Bagaimana kisah itu terjadi?” Tanya Misteri.
“Awalnya kami ingin membuktikan uang gaib. Sebenarnya saya tidak terlalu percaya. Tetapi teman saya mengatakan ada seorang kyai di Banyumas, Jawa Tengah, yang memiliki kemampuan mendatangkan uang gaib,” kata Samsudin.
Selanjutnya dikisahkan, Samsudin bersama delapan orang temannya menemui Kyai Dullah di Banyumas. Mereka mengutarakan niatnya mendapatkan uang gaib.
Ketika itu Kyai Dullah hanya tersenyum mendengarnya.
“Apa kalian sudah mantap dengan niat itu? Apa tidak takut dengan resiko yang dihadapi?” Tanya Kyai Dullah.
Tentu saja semuanya menjawab mantap dan siap dengan resikonya.  Niat itu sudah bulat dan tidak mungkin diubah lagi.
“Baiklah. Siapkan seekor burung gagak. Nanti kita lihat apa yang terjadi,” ujar Kyai Dullah.
Beberapa hari kemudian, Kyai Dullah bersama sembilan orang itu berangkat menuju pasar burung di Plered, Cirebon.
Nasib mereka mujur. Burung gagak berwarna hitam kelam berhasil diperoleh dengan harga 250.000 rupiah seekor.
Bahas Rencana

Pada hari yang telah ditentukan, mereka berkumpul di rumah rekan Samsudin membahas rencana semula.
“Berapa uang yang kalian inginkan?” Tanya Kyai Dullah yang memimpin acara itu.
Samsudin dan teman-temannya bingung mendengar pertanyaan yang mengejutkan itu.
“Lho! Kalian bagaimana? Ingin mendapatkan uang gaib tapi tidak tahu jumlahnya,” kata Kyai Dullah kesal.
“Lima belas milyar,” ujar rekan Samsudin memecah keheningan.
“Rupiah, dollar, ringgit…” Kyai Dullah menyambung cepat.
“Rupiah,” serentak jawaban keluar dari sembilan orang yang sedang bermimpi menjadi kaya tanpa susah payah.
“Baiklah. Burung gagak itu kalian potong dan siapkan 15 tusuk sate. Lalu siapa yang akan berjualan sate gagaknya?” Tanya Kyai Dullah.
Samsudin dan temannya hanya terbengong mendengar pertanyaan itu.
“Apa maksud Kyai?”
“Salah seorang diantara kalian bertugas menjual 15 tusuk sate gagak. Apabila ada yang datang membeli, jangan berikan sate itu sebelum sang pembeli membayar 1 milyar untuk satu tusuk sate,” Kyai Dullah menjelaskan.
“Siapapun yang berjualan harus memastikan pembeli menyediakan uang sebanyak yang kalian inginkan. Kalian juga harus membawa selembar uang seratus ribu sebagai contoh. Katakan pada pembeli agar menyediakan uang seperti uang yang kalian bawa itu,” lanjut Kyai Dullah.
Kesembilan orang itu tersenyum mendengar penuturan Kyai Dullah. Tampaknya tidak terlalu sulit mendapatkan uang bermilyar-milyar rupiah. Tetapi mereka serentak diam, ketika Kyai Dullah bertanya siapa yang akan bertugas menjadi penjual sate gagak.
Terjadilah perdebatan. Mereka saling tunjuk siapa yang akan menjadi penjual. Setelah disepakati, Samsudin dipilih mengambil tugas itu.
Kyai Dullah lalu memanggil Samsudin untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan saat berjualan.
“Kamu harus berani dan jangan gentar. Ingat, dalam dunia gaib, justru penjual yang menjadi raja dan bukan pembeli,” nasihat Kyai Dullah.
Memang terdengar aneh. Bisnis manusia jelas mengatakan pembeli adalah raja. Sementara di alam gaib sebaliknya, penjual adalah raja.
Jualan Sate Gagak
Pada malam Jumat, sekitar pukul 21.00 malam, menggunakan mobil mereka menuju tempat yang dipilih berjualan sate. Lokasinya di muara sungai Kalijaga, persis di tepi laut.
Seorang diri Samsudin berjalan ke arah lokasi tersebut sambil membawa 15 tusuk sate gagak dan peralatan untuk membakar sate. Lokasi tersebut dipenuhi pepohonan lebat dan alang-alang. Sambil berjalan, Samsudin harus membabat alang-alang dengan sebilah parang. Sekitar 1 meter dari tepi laut, Samsudin membersihkan tempat yang akan digunakan berjualan. Setelah itu dia mulai membakar satu persatu sate yang dipersiapkan.
Sementara itu, posisi Kyai Dullah dan teman-temannya berada  di dekat mobil yang berjarak sekitar 500 meter dari Samsudin. Kyai Dullah melakukan ritual dekat mobil tersebut.
Tepat jam 22.00 malam, 15 tusuk sate yang dibakar sudah matang dan siap dijual. Aroma daging terbakar menyeruak ke segala arah.
Sebagaimana petunjuk Kyai Dullah, Samsudin berteriak-teriak seolah memanggil pembeli.
“Sate gagak….sate gagak. Siapa mau beli,” teriak Samsudin sambil mengacung-acungkan satenya.
Tampaknya belum ada yang datang membeli. Samsudin mulai didera rasa takut. Suasana malam terasa mencekam. Debur ombak dan desiran angin mendirikan bulu roma. Pada saat itu, Samsudin membaca doa-doa dalam hati.
Beberapa saat kemudian, Samsudin tersentak kaget mendengar suara petir yang keras. Kilatan petir bahkan berjarak beberapa meter dari tempatnya duduk.
“Astaghfirullah,” teriak Samsudin dalam batin. Kilatan petir terasa menyambar kepala, hingga secara refleks menunduk menghindarinya.
Belum hilang rasa kaget mendengar petir, tiba-tiba seekor burung hantu terbang berputar-putar. Samsudin yang tangan kanannya masih memegang sate gagak langsung saja mengacung-acungkan tangannya sambil berteriak. Sementara tangan kirinya memegang selembar uang seratus ribu rupiah.
“Sate gagak… sate gagak…siapa mau beli,” teriak Samsudin dengan suara parau.
Burung hantu itu hinggap pada sebatang pohon sekitar 10 meter darinya. Matanya menatap tajam. Samsudin balas menatapnya sambil terus berteriak-teriak menawarkan sate gagak.
Burung hantu itu lalu turun di tanah dan mulai berjalan mendekat. Tetapi tiba-tiba saja burung itu terlempar menjauh sambil mengeluarkan suara keras.
Samsudin terkejut melihat kejadian itu. Tapi dia tidak mengerti apa yang terjadi.
Sambil membakar sate gagak agar aroma daging tetap menyebar, Samsudin terus berteriak-teriak memanggil pembeli.
“Sate gagak….sate gagak…sate gagak. Siapa mau beli,” teriak Samsudin.
Entah darimana datangnya, Samsudin tersentak melihat sosok gaib berujud manusia setengah badan muncul dari semak-semak belukar.
Sosok gaib itu hanya terlihat dari dada ke atas. Bagian perut dan kakinya tidak ada. Sosok gaib itu berambut gondrong, berwajah seram dan mata merah menyala. Seperti melayang, sosok itu mendekati Samsudin.
Anehnya, sosok itu berhenti 10 meter di depan Samsudin. Makhluk dari bangsa jin itu menatap tajam dengan mulut seolah sedang berbicara.
“Sate gagak…sate gagak….sate gagak. Ayo beli sate gagak. Murah…satu milyar untuk satu tusuk sate gagak,” kata Samsudin berteriak sambil mengacungkan sate gagak di tangan kanan dan uang seratus ribu di tangan kiri. Samsudin berharap makhluk gaib itu datang mendekatinya dan membeli sate gagak.
Sebagaimana petunjuk Kyai Dullah, Samsudin harus menunjukkan sate gagak itu kepada pembeli. Apabila sang pembeli berminat, maka Samsudin harus pula menyodorkan uang seratus ribu rupiah untuk pembayarannya.
Tetapi Samsudin heran melihat sosok setengah badan itu tidak juga mendekat. Padahal ekspresi wajah gaib itu terlihat berminat membeli sate.
Samsudin tidak menyerah. Dia terus berteriak-teriak menawarkan dagangannya. Agaknya pancingan ini berhasil, sosok gaib itu bergerak mendekatinya.
Tiba-tiba sosok gaib itu mengeluarkan suara lengkingan keras disertai kobaran api. Sosok gaib itu terbakar dan kemudian lenyap.
“Astaghfirullah,” teriak Samsudin dalam batin.  Dia heran mengapa makhluk itu terbakar.
Buaya Putih
Tetapi Samsudin tetap bertahan. Keinginannya mendapatkan uang gaib sudah bulat. Apapun yang terjadi. Samsudin memang kesal dengan teman-temannya yang memilihnya berjualan sate. Sementara mereka asyik duduk di mobil menunggu perkembangan. Pada saat itu Samsudin tidak menyadari rekan-rekannya di dalam mobil lari kocar-kacir akibat mobil tersebut diguncang-guncang keras sejumlah sosok gaib hingga terperosok ke dalam parit. Bahkan Kyai Dullah pun lari ketakutan.
Sekitar pukul 02.00 pagi, Samsudin melihat pemandangan aneh. Dua buah perahu melaju pelan dari arah muara sungai Kalijaga. Semakin lama perahu itu mendekati posisi duduknya yang hanya berjarak 1 meter dari tepi laut.
Samsudin mengamati kedua perahu itu. Aneh, tidak ada seorang pun di dalam perahu. Tetapi Samsudin dengan sangat jelas melihat beberapa tumpukan karung di dalam perahu.
“Apa isi karung-karung itu? Pikir Samsudin. Setelah Samsudin menghitung, ternyata jumlah karung itu ada 15.
“Apakah karung-karung itu berisi uang 15 milyar? Tetapi mengapa perahu itu terus berjalan dan tidak berhenti?” Tanya Samsudin dalam hati.
Kedua perahu itu berjalan di muara sungai dan menuju laut lepas. Deburan ombak seketika melenyapkan perahu itu.
Samsudin mulai pesimis sate gagak yang dijualnya akan laku. Tetapi dia belum mau beranjak pulang sebelum kedatangan sosok gaib Dewi Lanjar. Dia masih menunggu putri dari bangsa jin yang sangat kaya itu.
Menjelang pukul 03.00 pagi, Samsudin dikejutkan kedatangan seekor buaya putih berukuran raksasa. Lebar badan buaya itu sekitar 2 meter, dengan panjang hampir 15 meter.
Buaya berbadan besar itu muncul dari dalam sungai dan berjalan terseok-seok mendekatinya.
“Sate gagak…sate gagak. Ayo beli sate gagak,” teriak Samsudin sambil menatap ke arah buaya yang berjarak sekitar 10 meter. Kali ini, tubuh Samsudin gemetar. Dia khawatir buaya itu akan memangsa dirinya dan bukan sate gagak yang dipegangnya.
Lagi-lagi kejadian yang sama terulang. Buaya yang mendekatinya itu terlempar jauh ke belakang. Tubuhnya melayang dan terhempas di permukaan sungai. Suaranya keras menggelegar.
“Astaghfirullah,”teriak Samsudin.
Beberapa saat kemudian, muncul lagi buaya besar dan berjalan mendekatinya. Tetapi buaya itu kembali terhempas di permukaan sungai.
Setelah peristiwa itu, tidak ada lagi kejadian aneh yang dialami hingga fajar menyingsing.
Samsudin berkemas meninggalkan lokasi berjualan dan berjalan menuju temannya menunggu di mobil.
Dia heran melihat teman-temannya sibuk mendorong mobil yang terperosok di parit.
“Apa yang terjadi?” Tanya Samsudin.
Seorang temannya mengatakan, mobil itu diguncang-guncang sosok tak kasat mata hingga terperosok di parit. Beruntung tidak terlalu membahayakan. Mobil pun dikeluarkan dari parit hingga mereka dapat pulang.
Dalam perjalanan pulang, Kyai Dullah bertanya kepada Samsudin seputar pengalaman yang dialami.
Setelah mendengar cerita Samsudin, Kyai Dullah tersenyum.
“Tentu saja sate gagak itu tidak laku. Sepanjang berjualan kamu terus melantunkan zikir di dalam hati. Dewi Lanjar takut dan tidak berani mendekat,” kata Kyai Dullah yang mengaku baru pertama kali ini gagal mendatangkan uang gaib.
Menutup kisahnya kepada Misteri, Samsudin berkata,
“Ini pelajaran buat saya bahwa mendatangkan uang gaib itu perbuatan batil. Buktinya makhluk gaib itu takut dengan bacaan zikrullah.”

 Source http://tinyurl.com/o6haoal

Cerita Misteri Mantra Pelet Melayu


 (Oleh: Yans Jaladara)

 Irwan adalah pemuda lugu dan polos yang baru saja datang dari Pulau Bintan untuk menimba ilmu di salah satu Perguruan
Tinggi Swasta yang ada di bilangan Depok. Walau tergolong baru menjejakkan kaki di belantara pinggiran Jakarta, tetapi, ia
telah memiliki banyak kenalan, teman bahkan beberapa sahabat yang selalu saja mengerumuninya.
Betapa tidak, karena Irwan adalah sosok yang sangat humoris, pandai bergaul dan menempatkan diri, ringan tangan serta
tergolong pandai pula. Itulah sebabnya, kenapa dalam waktu dekat, semua mahasiswa yang belajar di fakultas itu sangat mengenalnya dengan baik.
Bobby, salah seorang seniornya yang pecinta alam itu, terkadang meminta Irwan untuk membantunya dalam
beberapa kegiatan. Akibatnya, keduanya semakin dekat. Boleh dikata, di mana ada Bobby, pasti di situ ada Irwan, begitu
juga sebaliknya — kebetulan lagi, Laila, adik sepupu Bobby juga satu angkatan dengannya.
Seiring dengan kedekatan keduanya, diam-diam, ternyata Irwan menaruh hati pada Laila. Gadis cantik berkerudung yang
murah senyum serta memiliki cita-cita yang demikian luhur, ingin menjadi sarjana kesehatan masyarakat dan kelak bisa
mengabdikan dirinya di daerah pedesaan.
Cita-cita Laila itulah yang membuat Irwan jatuh hati. Maklum, ia juga bercita-cita ingin mengabdikan diri di kampung halamannya
yang jauh dari keingaran. Kesamaan itu pulalah yang membuat Irwan dan Laila (tanpa Bobby tentunya)
juga sering terlihat jalan atau berbincang bersama tentang berbagai hal, mulai dari
mata kuliah, kehidupan sampai dengan harapan yang diinginkan oleh masing-masing.

Hingga pada suatu hari, usai menjadi di tengah-tengah hamparan sawah yang menghijau dan semilir angin, mendadak
Irwan menghentikan langkahnya. Laila yang berjalan di depannya langsung menoleh
dengan pandangan penuh tanya. Irwan yang melihat Laila seperti itu hanya tersenyum dan langsung berkata dengan
halus; “Lail, sebenarnya, selama ini aku menyimpan perasaan sayang kepadamu.”
Laila tampak terlihat kaget dan terdiam sesaat. Tak lama kemudian, terdengar
suaranya dengan terbata-bata; “Bang Ir, selama ini Lail menganggap abang sebagai
kakak kandung sendiri. Maafkan Lail Bang…”“Ufh …” hanya itu yang keluar dari mulut
Irwan yang seolah hendak melepaskan segala beban yang tiba-tiba serasa
menghimpit dadanya.

Seolah tak ada kejadian yang berartti, keduanya pun kembali meneruskan perjalanannya dalam diam. Sekali ini tak ada
lagi dendang atau gurauan yang terlontar dari mulut keduanya, mereka jadi terkesan
kaku. Irwan dan Laila hanya berjalan menuruti kaki yang melangkah menuju ke tempat truck dan teman-teman lainnya yang memang sudah menunggu. Sepanjang perjalanan bahkan sampai di kampus, tidak ada kejadian yang berarti.
Menginjak hari ketiga, Bobby tiba-tiba datang dan bertanya; “Ir … kenapa tiga hari
ini kau gak pernah main ke rumah lagi?”
“Maaf … Bang, aku gak enak badan,” jawab Irwan dengan gagap.
“Oh … aku kira ada masalah apa…”sahut Bobby cepat.

Irwan menggeleng sambil mohon diri untuk segera masuk ke kelas karena dosen
sudah datang. Sepanjang hari itu hati dan pikiran Irwan benar-benar sangat galau.
Bahkan, tak ada satu mata kuliah pun yang bisa atau berhasil dicernanya dengan baik.
Yang ada dalam benaknya hanyalah wajah ayu Laila, gadis yang acap mengenakan
kerudung merah jambu dengan senyumnya yang demikian menawan itu ….
“Ah … bisa-bisa aku mati dalam kubangan cinta yang tak bertepi…” bisik
hatinya mencoba untuk melawan.
Tak lama kemudian, hatinya kembali berbisik; “Tetapi, bagaimana bila aku bisa
mendapatkan ilmu sekaligus cinta …!”
“Ah … yang terakhir harus benar-benar kuperjuangkan. Ilmu sekaligus cinta …”
bisik hatinya dengan mantap. Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, hatinya
pun kian bertambah mantap. Perlahan, tapi penuh kepastian, wajah Irwan pun kembali
sumringah seperti sedia kala.
Singkat cerita, usai Ujian Akhir Semester, sementara menunggu hasil ujian dan pengisian Kartu Rencana Studi, kebanyakan, para mahasiswa yang berasal dari daerah kembali ke kampung halamannya masing-masing
— begitu juga dengan Irwan.
Di kampung halamannya, seperti biasa, Irwan pun yang pulang kampung segera menyambangi semua keluarga dan
sahabatnya. Dan ketika berjumpa dengan pamannya, Irwan pun langsung memeluk dengan penuh sukacita.
Semua hanya tersenyum dan maklum,
Irwan memang paling disayang oleh paman Herman. Dan setelah keduanya sejenak
melepaskan kerinduan dengan saling bertukar kabar, dengan penuh selidik,
paman Herman pun bertanya; “Nampaknya ada sesuatu yang khusus yang akan engkau
bicarakan pada paman?”

Irwan tergagap. Ia tak menyangka bakal mendapatkan pertanyaan yang seperti itu. Dengan gagap, ia pun menjawab; “Be .. be …
benar paman.”
“Masalah cinta?” Desak sang paman.
“inilah yang kusuka dari paman…” sahut Irwan yang sudah bisa menguasai diri, “tanpa perlu kita bercerita panjang lebar,
jawaban pasti akan langsung diberikan,” imbuhnya.
“Sekali ini tidak. Engkau harus menceritakan dengan jujur dan apa tujuanmu,” jawab sang paman dengan hatihati.
“Ah …” sahut Irwan sambil menepuk dahinya, “baru kali ini aku melihat paman demikian serius.”
“Engkau sudah dewasa, dan rasanya, enggan paman membantumu jika hanya
untuk mempermainkan atau mengajuk hati perempuan,” sahut sang paman tegas. Dengan singkat dan hati-hati, Irwan pun menceritakan apa yang dialaminya.
Sang paman hanya diam dan sesekali menghembuskan asap rokok yang
dihisapnya ke udara. Keheningan langsung menyungkupi ruang tamu rumah sang
paman … dan tak lama kemudian, terdengar suara sang paman; “Apakah engkau masih mendirikan shalat dengan tertib?”
“Insya Allah masih paman,” jawab Irwan.
“Baik … jangan sekali-kali engkau meninggalkan shalat,” lanjut sang paman.
Irwan hanya mengangguk. Dan kembali sang paman bertanya; “Apakah engkau
benar-benar akan menjadikan Laila sebagai istrimu?”
“Benar paman,” jawab Irwan mantap.
“Berjanjilah kepada Allah, jangan kepadaku. Semoga Allah berkenan
mempersatukan cinta kalian,” imbuh sang paman.
“Dimulai hari Senin, usai mendirikan shalat hajat dua rakaat, bacalah mantra
ini sebanyak 303 kali dan lakukan selama tujuh malam berturut-turut. Selanjutnya,
tiap usai mendirikan shalat fardhu, bacalah mantranya sebanyak tujuh belas kali
sambil tahan napas dan membayangkan wajahnya. Lakukan semuanya dengan penuh
kesungguhan,” papar sang paman panjang lebar.
Irwan hanya diam dan mencatat apa-apa yang diucapkan oleh pamannya. Sementara,
mantra yang harus dibaca adalah sebagai berikut;
selusuh selasih, tebu salak tumbuh di luwah
bersalah engkau kasih,
berdosa aku engkau sembah, berkat aku memakai;
pengasih Allah, pengasih Muhammad,
pengasih Bagindo Rasulullah,
berkat lailla hailallah

Karena liburan yang cukup panjang, maka, malam itu, kebetulan malam Senin,
Irwan pun langsung menjalankan apa yang diajarkan oleh paman Herman. Hari
terus berganti, pada hari Jumat, minggu berikutnya, pagi-pagi sekali, hp miliknya
tiba-tiba berdering. Irwan agak terkejut, di layar terpampang nama Laila. Laila
yang meneleponnya. Dan dengan harap-harap cemas, Irwan segara mengangkat
sambil langsung mengucap salam;

“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam,” terdengar jawaban Laila dari seberang sana,lembut, “Bang,
maafkan Lail ya … dan kapan Abang balik ke Jakarta?”
“Mungkin beberapa hari lagi menjelang kuliah Lail,” jawab Irwan dengan hati penuh
rasa gembira.
“Oh … salam buat semua keluarga di kampung ya Bang. I miss You,” jawab Laila
terdengar dengan nada penuh rasa cinta.
“Insya Allah akan abang sampaikan.
I miss You to,” jawab Irwan juga dengan penuh rasa cinta sambil terus melakukan
sujud syukur. Sekembalinya di Jakarta, boleh dikata, di mana ada Irwan pasti ada Laila. Keduanya
terus saja merajut tali kasih sambil menimba ilmu guna mencapai cita-cita masing-masing.

 http://tinyurl.com/pog58t5

Kisah Misteri Gadis , di hamili genderuwo


Kisah mistis ini dialami sepasang kekasih di daerah Garut, Jawa Barat. Gara-gara berhubungan intim di bawah pohon beringin yang angker, sang pacar mendadak hamil besar. Janin genderuwo ada di dalam kandungannya...!

Sudah satu tahun lebih, aku menjalin cinta dengan Rangga. Sejujurnya, meski jalinan cinta kami dari hari ke hari kian akrab dan mesra, tapi kami masih bisa menjaga diri. Tidak tergoda untuk melakukan hubungan seks di luar batas. Hanya sebatas peluk dan cium biasa yang sopan.

Kami memutuskan, biarlah "yang satu" itu sebagai kado spesial nanti jika kami sudah menikah. Ya, begitu aku dan Rangga pernah bersepakat. Namun pada suatu hari kesepakatan yang selalu kami jaga itu akhirnya jebol juga.

Kami bukan hanya tergoda hingga berani melakukan hubungan seks seperti layaknya suami isteri, tapi juga telah membuatku hamil besar mendadak yang amat aneh dan mengerikan.

Kejadian aneh itu berawal ketika hari itu Rangga sengaja datang ke tempat kerjaku. Maksudnya selain untuk menjemputku pulang, juga mengajakku makan malam di Saung Paniisan, sebuah restoran dengan suasana alam pegunungan yang terletak di daerah selatan Kabupaten Garut.

Jarak dari pusat kota ke restoran itu kurang lebih 12 Km. Jalan aspal menuju ke restoran itu tidak begitu ramai tapi syarat dengan panorama alam pegunungan yang hijau oleh hamparan kebun teh.

"Hari ini aku dapat bonus lumayan dari kantor. Aku mau ngajak kamu makan malam di restoran itu!" Ucap Rangga, tersenyum.

Laki-laki berusia 28 tahun yang bekerja di sebuah Bank Swasta itu lalu menuntunku masuk ke dalam mobilnya.

"Oke, makasih banget! Tapi awas kalau pulangnya sampai kemalaman!" pelototku, bercanda.

Rangga hanya tersenyum mendengar candaku itu. Di mobil dalam perjalanan kami yang romantis itu kemudian terganggu oleh cuaca alam yang tidak bersahabat. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun begitu deras. Jalan aspal yang kami lalui tampak pekat oleh guyuran air hujan bercampur kabut.

"Sebaiknya kita berhenti saja dulu, Ga!" perintahku, khawatir. Hujan memang turun semakin deras.

"Iya, tapi kita berhenti dimana? Di sekitar sini jauh dari rumah pendududk. Sisi kiri kanan jalan hanyalah hamparan kebun teh!" Komentar Rangga seperti bingung.

Tapi tak lama kemudian Rangga menghentikan mobilnya di bawah sebuah pohon beringin besar yang tumbuh menjulang di sisi kiri jalan. Meski tampak samar oleh guyuran hujan berbaur kabut, tapi aku masih bisa melihat bahwa pohon beringin itu berada di samping gundukan tanah mirip kuburan. Di sekeliling gundukan tanah itu tumbuh beberapa jenis tanaman liar.

"Untung saja ada pohon beringin besar ini. Lumayanlah, berhenti di bawah pohon beringin ini. Mobil agak terlindung dari guyuran hujan!" Ucap Rangga lega setelah mematikan mesin mobilnya.

"Tapi aku merasa tak nyaman kita berhenti disini, Ga. Kesannya di sini angker," ucapku meringis dengan bulu kuduk yang tiba-tiba meremang.

Sementara mataku memperhatikan guyuran hujan dan angin yang menyapu daun dan ranting-ranting pohon raksasa itu, entah mengapa tiba-tiba saja aku melihat ranting dan dahan-dahan pohon beringin itu seperti memancarkan suatu kekuatan aneh yang membuatku bergidik takut.

"Kamu tak perlu takut, Rin! Ketakutanmu mungkin karena pengaruh cuaca buruk di sekitar sini. Sebentar lagi juga hujan reda. Santai saja!" Ucap Rangga enteng sambil menggeser duduknya lebih dekat padaku.

"Aku siap jadi pelindungmu, Sayang! Jangankan manusia, hantu atau genderuwo yang berani mengganggumu akan aku labrak," celoteh Rangga tertawa sambil mengelus-elus pipiku.

Aneh, ucapan Rangga itu seperti langsung dijawab oleh suatu kekuatan yang membuat hujan mendadak turun semakin deras. Angin pun tiba-tiba bergemuruh kencang seperti hendak meruntuhkan pohon beringin itu.

Bersamaan dengan itulah, samar-samar kulihat sesosok bayangan hitam meloncat dari ketinggian pohon itu dan turun tepat di depan mobil kami. Satu detik kemudian bayangan itu berubah wujud menjadi seekor kera raksasa yang menyeringai seram.

Tapi detik berikutnya makhluk aneh itu tiba-tiba menghilang seperti di telan guyuran hujan. Anehnya, Rangga yang duduk di sampingku seperti tak melihat apa-apa. Malah bersamaan dengan menghilangnya makhluk itu, Rangga kemudian menghujani wajahku dengan ciuman dan kecupan liar, bahkan di bibir dan leherku.

Sesaat ketakutan itu hilang. Aku merasakan kenikmatan yang menjalar di leher dan bibirku. Tapi diam-diam aku merasa heran melihat perubahan pada diri kekasihku itu. Tidak biasanya Rangga bersikap kasar dan liar dalam bermesraan. Dan yang lebih mengherankan, sorot matanya tiba-tiba terkesan aneh. Sorot mata yang menyala menahan gairah!

"Ga, sudahlah! Aku takut...tadi aku melihat...." Aku memohonnya, Tapi ucapanku itu terputus karena Rangga kembali mengulum bibirku. Begitu buas, namun hangat menjalar di seluruh tubuhku.

Rangga seperti sengaja tak memberiku kesempatan mengelak dan berkata. Bahkan pelukan, ciuman dan rabaannya lebih nakal dan berani. Ingin rasanya aku meronta dan memprotes ulah nakal laki-laki yang sangat kucintai itu.

Tapi, aku sungguh tergoda oleh cumbuan yang gila itu. Tang kulakukan malah membalas dan melayani setiap gerak permainan cintanya. Kami pun kemudian hanyut dalam permainan cinta yang panas gairah. Suara guyuran hujan dan angin makin membuat kami lupa diri.

Akhirnya, dijok mobil belakang kami lalu menuntaskan hasrat seks itu dengan tubuh setengah telanjang dan posisi setengah rebah! Ketika hujan mulai reda kami masih terkapar kelelahan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami lewati. Ya, kesepakatan kami untuk tidak melakukan hubungan seks di luar nikah itu akhirnya jebol juga.

Karena hari sudah mulai Maghrib, kami membatalkan rencana makan malam di restoran Saung Paniisan. Kami lalu memutuskan untuk pulang.

Besoknya, keanehan itu terjadi. Ketika menggeliat bangun dari tidur aku merasakan sesuatu membebani perutku. Dan betapa terkejutnya aku manakala kulihat perutku tiba-tiba menggelembung besar seperti hamil 9 bulan.

Sesaat aku merasakan seperti tengah bermimpin. Tapi ketika dengan gemetar tanganku merasakan rabaan dan elusan di perutku, aku jadi sadar bahwa aku tidak bermimpi.

"Tidak...tidak...tidaaak...!?" Tak sadar aku menjerit-jerit saking takut daan terkejutnya.

Sekujur tubuhku mendadak terasa lemas, kepalaku terasa pening dan tatapanku berkunang-kunang. Bersamaan dengan itu samar-samar kulihat ayah dan ibuku berhamburan masuk ke kamarku.

"Ada apa, Rini? Ada apa?" Tanya ayah dan ibuku serempak dengan wajah panik dan heran.

Namun sebelum aku bisa menceritakan apa yang telah terjadi pada perutku, tatapan mataku tiba-tiba mengelam gelap dan akhirnya aku tak sadarkan diri.

Ketika sadar aku sudah berada di sebuah kamar berbilik bambu. Di manakah aku? Pikirku menerawang heran sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi pada diriku. Ketika aku mencoba bangkit dari terbaring, tiba-tiba aku merasakan lagi sesuatu membebani perutku. Reflek tanganku ini meraba-raba perutku. Dan betapa terkejutnya aku manakala tahu bahwa perutku masih menggelembung besar. Aku pun kembali menjerit-jerit saking takut dan terkejutnya. Aneh, heran, bingung, kesal dan takut mendadak bersatu padu dalam dadaku.

Tak lama kemudian ayah dan ibuku masuk ke kamar, disusul seorang laki-laki tua berpakaian garmis putih, dan di belakang laki-laki tua itu muncul sosok yang amat kukenal, Rangga. Agaknya, orang tuaku telah menghubungi Rangga dan menceritakan kejadian aneh yang telah menimpa diriku. Wajah kekasihku itu tampak pucat dan gelisah.

"Syukurlah kamu sekarang sudah sadar, Rini! Kamu pingsan cukup lama, hampir dua puluh empat jam lebih!" Ucap ibuku sambil menghampiri dan duduk di bibir tempat tidur.

"Kami merasa heran dan panik melihat perutmu yang tiba-tiba membesar seperti itu. Kami lalu memanggil dokter untuk memeriksa perutmu itu. Dokter mengatakan bahwa perutmu sehat-sehat saja, tak ada kelainan atau pembengkakan di dalamnya.

Tapi yang membuat kami terkejut heran, dokter itu lalu mengatakan bahwa kamu tengah hamil besar!" Jelas ayahku dengan dahi berkerut dan berkali-kali menggelengkan kepala seperti tak habis pikir.

"Apa, aku tengah hamil? Ah, tidak mungkin! Orang hamil itu harus melalui proses satu atau dua bulan dan seterusnya. Mana ada orang hamil mendadak besar seperti ini?" Tak sadar aku bersungut-sungut saking heran dan tak percaya mendengar penjelasan ayahku itu.

"Tenanglah, Rini! Itulah sebabnya kami membawamu ke Tasikmalaya ini untuk konsultasi dan sekaligus minta pendapat dari Ajengan Sukma. Kami khawatir kamu kena teluh atau diganggu makhluk halus atau roh jahat!" Jelas ibuku seraya menoleh pada laki-laki tua berpakaian garmis yang berdiri di samping ayahku.

"Neng Rini memang tengah hamil besar. Tapi kehamilan Neng Rini ini tak wajar, karena pengaruh jahat genderuwo. Makhluk halus jenis ini memang pada kesempatan tertentu bisa berbuat jahat, terlebih pada orang yang bicara sombong dan berani melakukan perbuatan tak senonoh di tempat angker di mana makhluk itu berada," jelas Ajengan Sukma sambil menoleh ke arah Rangga.

"Apa Nak Rangga ini kekasihnya Neng Rini?" tanyanya dengan suara bijak, sambil menatap Rangga.

"Iy...iya...saya kekasihnya Rini. Bahkan bulan depan saya akan tunangan. Memangnya kenapa, Ajengan?" Jawab Rangga terkejut menerima pertanyaan yang tiba-tiba dari Ajengan Sukma itu.

Ajengan Sukma menarik nafas panjang. Mengulum senyum. Lalu, "Maaf, menurut peneropongan mata batin saya, Nak Rangga dan Neng Rini pernah melakukan hubungan intim di tempat angker. Kalian tahu, sewaktu kalian melakukan hubungan itulah makhluk halus itu datang dan menyusup ke dalam jiwa Nak Rangga dan ikut merasakan kenikmatan hubungan yang dirasakan Nak Rangga. Sekali lagi maaf kalau terawangan batin saya ini salah!"

Kontan ayah dan ibuku saling tatap mendengarnya. Ada ketidaksukaan di wajah mereka mendengar bahwa aku dan Rangga telah berbuat sejauh itu. Sementara aku dan Rangga tertunduk mendengarnya.

Penjelasan Ajengan Sukma itu bukan hanya membuat kami malu dan makin membuatku ketakutan, tetapi juga telah menghantar ingatanku pada kejadian-kejadian aneh sewaktu aku dan Rangga hendak pergi ke restoran Saung Paniisan itu.

Bukankah ketika itu mobil kami berhenti di bawah pohon beringin besar yang terkesan angker? Ketika itu juga aku sempat melihat sesosok makhluk aneh mirip kera raksasa, dan merasakan keganjilan pada diri Rangga saat berhubungan seks denganku?

Diam-diam aku membenarkan penjelasan Ajengan Sukma yang panjang lebar itu.

"Lalu apa yang harus kami lakukan, Ajengan? Apapun syaratnya, saya akan siap! Yang penting perut kekasih saya ini bisa kempis seperti sedia kala," ucap Rangga seolah tak sabar. Wajah tampannya bersemu merah karena menahan malu.

Ajengan Sukma tidak menjawab. Laki-laki berusia 62 tahun itu lalu mengambil suatu bungkusan dari atas lemari di pojok kamar.

"Taburkan serbuk panyinglar ini di tempat kalian berhubungan intim waktu itu. Tapi sebelumnya, kalian harus melakoni beberapa syarat. Pertama, kalian harus bertobat dengan melakukan shalat sunnah taubatan nasuha. Lalu berpuasa selama tiga hari berturut-turut dan setiap malamnya kalian harus mewiridkan sholawat sebanyak 333 kali. Insya Allah purut Neng Rini akan mengempis seperti semula!" Jelas Ajengan Sukma panjang lebar.

Begitulah, usai melaksanakan syarat yang disebutkan itu, aku dan Rangga lalu pergi ke tempat di mana pohon beringin besar itu berada, dan kami melakukan hubungan badan di dalam mobil yang terparkir di bawahnya. Sambil membaca shalawat kami lalu menaburkan apa yang disebut Ajengan Sukma sebagai serbuk penyinglar, yang bentuknya mirip tepung putih itu di tanah sekeliling pohon beringin.

Setekah serbuk gaib itu kami taburkan, suatu keajaiban pun berlangsung. Bersamaan denga selesainya kami menaburkan serbuk itu, tiba-tiba dari ranting-ranting bagian atas pohon beringin itu mengepul asap hitam yang kemudian membentuk suatu gulungan besar.

Sesaat gulungan asap hitam itu bergerak-gerak ke sana ke mari, namun kemudian membungbung ke angkasa dan akhirnya menghilang di telan mega. Aneh, bersamaan dengan menghilangnya gulungan asap hitam itu, tiba-tiba perutku yang masih menggelembung besar itu mengempis seperti sedia kala.

"Alhamdulillah...! " Ucapku dan Rangga sambil berpelukan dalam suasana haru dan bahagia.

Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kebahagiaan kami saat itu, selain memanjatkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT. Hari itu juga aku dan Rangga sepakat untuk menemui orang tuaku dan meminta maaf pada mereka, sekaligus memohon restu mereka karena kami akan menikah bulan depan.

Misteri di museum fatahilah Jakarta


Pada tahun 2010 silam, sekumpulan seniman Inggris dan Indonesia menemukan sebuah ruang rahasia yang menyimpan harta karun terbesar di Kotatua Jakarta. Inilah pertama kali kisah itu diceritakan. Masuki pintu ini. Ikuti petualangan mereka menemukan Mystery of Batavia!
Paragraf di atas adalah pembuka website Mystery of Batavia, sebuah program yang diluncurkan oleh British Council bekerja sama dengan para seniman Indonesia dan Inggris. Beberapa kalimat di paragraf tersebut mungkin membuat kita bertanya-tanya. Ruang rahasia? Harta karun? Ini fiksi apa bukan ya?
Jadi gini loh ibu-ibu :D Sebenarnya memang ada sebuah ruangan di dalam Museum Sejarah Jakarta (yang juga biasa disebut Museum Fatahillah) yang berisi mural besar. Mural ini adalah karya seniman Harijadi Sumodidjojo, yang ia mulai tahun 1973, setahun sebelum museum Fatahillah resmi dibuka. Namun kabarnya dana untuk melanjutkan proyek ini sempat tersendat dan sehingga Harijadi tidak bisa melanjutkannya. Bahkan, sebelum mural yang penuh warna dan ‘cerita’ ini selesai dibuat, beliau keburu meninggal dunia.
Selama 30 tahun, ruangan berisi mural tersebut ‘tersembunyi’ dan nyaris tidak diketahui oleh masyarakat, sampai akhirnya sekelompok seniman asal Inggris dan Indonesia menemukannya secara tidak sengaja pada tahun 2010. Mural ini, yang seolah menyimpan begitu banyak kisah dan misteri tentang Jakarta tempoe doeloe, menginspirasi mereka untuk membuat sebuah program yang dinamakan Mystery of Batavia. Menurut Yudhi Soerjoatmodjo, program manager British Council Indonesia dan orang pertama yang mendengar tentang mural ini, program Mystery of Batavia dibuat untuk memperkenalkan pengalaman baru berinteraksi dengan sebuah peninggalan sejarah. Dengan menggabungkan teknologi, kreativitas dan sejarah, lukisan ini seolah dibuat ‘hidup’.
Salah satu bagian mural karya Harijadi Sumodidjojo. Photo courtesy of Rere FD
Hari Sabtu kemarin, saya dan teman-teman di kantor serta teman-teman Mommies Daily dan Fashionese Daily, datang ke Museum Sejarah Jakarta untuk menonton pertunjukan Animated Interactive Mystery of Batavia. Sebelumnya kami sempat masuk ke ruangan mural dan melihat sendiri karya seni yang menjadi inspirasi dari program ini. It was truly a sight to see. Agak susah menggambarkannya dengan kata-kata, karena begitu ‘kaya’-nya mural ini dengan detil dan cerita. Butuh waktu lama untuk menyelami setiap bagian dari mural yang besarnya hampir satu ruangan ini. Yang menarik, ternyata walaupun muralnya tidak selesai, sebagian besar dinding ruangan sudah digambar sketsa oleh Harijadi, tapi sketsa-sketsa tersebut belum diberi warna. Di ruangan tersebut juga tersedia beberapa unit komputer yang di dalamnya sudah berisi replika dari mural ini dan kita bisa melihat detil dari tiap gambarnya melalui komputer tersebut.
Interactive Animated performance-nya sendiri merupakan kolaborasi British Council dengan Teater Koma. Durasinya hanya sekitar 20 menit, namun yang seru, kita tidak akan hanya menonton pertunjukan, tapi bisa ikut terlibat di dalamnya (makanya dinamakan interactive :D). Pertunjukan ini juga menggunakan teknologi yang cukup canggih, di mana lukisan S. Harijadi ditampilkan melalui visualisasi komputer dan tokoh-tokoh di dalamnya bisa bergerak dan bicara! Dijamin si kecil pasti terkagum-kagum melihatnya deh. Tapi perlu saya tambahkan, bahwa tidak semua adegan di pertunjukan ini cocok untuk anak-anak balita. Jadi sebaiknya sih, anak-anak yang sudah cukup besar saja yang dibawa masuk, sementara yang kecil bisa menikmati suasana Jakarta tempoe doeloe di luar ruangan pertunjukan. Tentunya dengan ditemani orang dewasa ya.
Berkunjung ke Museum Fatahillah serta menikmati program Mystery of Batavia membuat saya menyadari, bahwa banyak sekali cerita yang tersimpan di kota tempat kita tinggal ini yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Sejak sering membuka website Mystery of Batavia, saya jadi agak ketagihan membaca bagian History and Myth, yang isinya berupa penggalan kisah-kisah seputar kehidupan masyarakat Batavia di masa lampau. Pastinya bisa jadi hal seru juga yang bisa kita ceritakan ke anak-anak ya moms!

Cerita Misteri Museum Fatahilah Jakarta


Jakarta: MISTERI sedikit menyeramkan, tapi membuat penasaran. Begitu menginjakkan kaki di alun-alun Museum Fatahillah,



Ruang Bawah Tanah
Begitu memasuki Museum Fatahillah atau lebih dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta, IRNews masih merasakan ngeri. Apalagi, ketika menjejakkan kaki di bawah gedung ini lebih dari 300 tahun ini, terdapat ruang bawah tanah yang disebut penjara bawah tanah. Ya, ruangan itu berbentuk setengah lingkaran, pengap, gelap dan agak berbau anyir. Temboknya beton dan terdapat jendela kecil dari jeruji besi, bahkan terdapat puluhan bola besi menyerupai meriam yang beratnya diperkirakan sekitar ratusan kilogram. 



Museum Fatahillah atau kini dikenal dengan Museum Sejarah Jakarta masih menyimpan misteri. Terletak dibawah gedung yang didirikan 300 tahun ini, terdapat ruang bawah tanah yang disebut penjara bawah tanah (subterranean Prison Cells). Disebutkan dalam buku Out Batavia, karya Dr.F.de. Haan, ruang dikenal sebagai lubang gelap- bahasa Belandanya ” Donker Gat”.

Ruang itu berbentuk setengah lingkaran, pengap, gelap danagak berbau anyir. Temboknya beton dan terdapat jendela kecil dari jeruji. Didalam ruangan terdapat puluhan bola besi menyerupai meriam yang beratnya diperkirakan sekitar ratusan kilo. Bola-bola besi itu diikatkan pada kaki para tahanan VOC supaya tidak melarikan diri. Para tahanan itu disekap pada ruangan sempit dan gelap.

Ternyata tak hanya perampok, maling, garong, yang menghuni penjara sadis itu. Tetapi juga mantan gubernur jendral Belanda di Ceylon, Srilanka, Petrus Vuyst, pernah juga singgah di Donker Gat. Bukan karena berkhianat, tetapi karena mengidap penyakit gila. ( tropenwaanzin)

Lebih kejam lagi, saat Gubernur Jendral Valkenier berkuasa, ia pernah memerintahkan pembantaian terhadap masyarakat Cina pada tahun 1740. Sekitar 500 orang Cina disekap dan dibunuh. Dr. de. Haan menistilahkan “Afgeslacht” disembelih didepan alun-alun Museum Sejarah Jakarta.

Lonceng kematian

Di lantai dua, tepatnya di areal ruang sidang. Di sisi sayap barat, terdapat tangga melingkar menuju lantai atas, tempat lonceng kematian dibunyikan.  Sayangnya tangga itu kini terkunci rapat, sehingga tangga itu terlihat kusam dan menyeramkan. Konon, pelaksanaan hukuman sangat ketat dan biasanya dilakukan malam hari. Lonceng pertama berbunyi, artinya terhukum dibawa ke ruang pengadilan. Lonceng ke dua berbunyi, terhukum dinaikkan di atas podium dan lonceng ke tiga dibunyikan sebagai tanda para hakim dan pejabat lainnya menyaksikan eksekusi di depan jendela berjeruji. Setelah semuanya siap, eksekusi dilaksanakan.







Berganti Wajah

Namun, IRNews yang berlama-lama untuk menyesakkan diri pada kisah yang menyisakan pilu itu. Meski masih menyisakan kisah ngeri, ruang-ruang di Museum Sejarah Jakarta disulap menjadi ruang display sejarah Jakarta. 

Ruang-ruang yang berada pada lantai satu di bagian sayap timur dan sayap barat, menjadi ruang pamer sejarah Jakarta. 

Dari sayap barat, Anda terperanjat dengan Jakarta masa kini, yang kian terlihat lebih kumuh dan padat dengan jejalan penduduk. Lalu, di ruang berikutnya, terdapat replika peninggalan masa Tarumanegara yang ditemukan di Jakarta. Selanjutnya, ada ruang Padjajaran yang berisikan prasasti dan gerabah. Kemudian, ruang Portugis terdapat benda-benda peninggalan zaman VOC. Lalu, di ruang Betawi, ada rupa-rupa budaya, seperti ondel-ondel, pakaian hingga alat musiknya. 

Melihat Kantor Pengadilan Masa Lampau
Beralih ke lantai dua yang dulunya adalah kantor pengadilan dan lebih diperuntukkan untuk ruang kerja Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Sir Thomas Stamford Bingley Raffles dan Herman Willem Daendels. Pada bagian sayap barat maupun timur, terdapat pelbagai koleksi kerajinan kayu jati nan indah, seperti meja dan kursi sidang, kristal, dan sebagainya dari abad 15 hingga abad 17. [ars-2] 

Museum Sejarah Jakarta
Jl. Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat
Tel. (021) 692-9101, 690-1483
Fax. (021) 690-2387
Email: